
Matahari itu tugasnya mulia, dia menyinari, menyinari bukan menyakiti tapi menerangi, dia memberikan harapan dan dia memberikan energi kehidupan Bumi dimulai saat habisnya waktu malam.
Ketika dalam kehidupan berorganisasi banyak yang menggunakan adanya filosofi “Matahari Itu Satu”. Pemaknaan ini ingin menjelaskan kepemimpinan itu tidak dualisme, hanya satu disetiap bagian dan tingkatannya, tetapi ada pemaknaannya sering disalah artikan, seolah-olah “Matahari Itu Satu” itu haruslah disembah, diikuti apa rujukannya terlepas benar atau salah.
Bumi sebenarnya tidak meminta kepada Matahari untuk menyinarinya. Mataharilah yang diberikan tugas oleh Sang Maha Pencipta untuk menyinari Bumi, tanpa harus menjelaskan “SAYALAH MATAHARI”.
Pertanyaannya,
Apakah memang sudah tugas Matahari menyinari walaupun tidak diminta? atau
Matahari menyinari bisa memilih bagian yang mana yang harus disinari?
Sebagai Pemimpin sejatinya terlahir dengan tugas memberikan energi. Memimpin sampai kesemua lini dan tidak memilih sampai dimana energi itu bisa disampaikan.
Semua ada waktunya, Matahari memang tak pernah berhenti bersinar, tapi ingat Bumi bisa memberikan pilihan, bagian mana yang harus disinari dan tidak.
Menyebut-nyebut “MATAHARI ITU SATU”, menunjukkan bahwa seolah-olah ragu akan matahari satu, sebaiknya sebutan itu lahir dari BUMI bukanlah dari MATAHARI.
Paling Hakiki itu ALLAH SATU.
Wassalam
Pekanbaru, Minggu 19 Januari 2020

Semangat
Tulisan yang sangat menarik
Mudahan bisa berbagi tulisan di website ini kanda